Minggu, 04 Januari 2015

Tafsir Tauhid: Tafsir Surah Al-Fatihah Ayat 1 (Bagian 4)


Ditafsirkan oleh:
Asy-Syaikh Al-Hafizh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan

Firman Allah بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrahmaanirrahiim“Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

TAFSIR THEOSOFI
(PENAFSIRAN DARI SUDUT ILMU THEOSOFI)

Menurut Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir Tasawufnya, "Tafsirul Qur'anil Karim" menegaskan, bahwa dengan (menyebut) Asma Allah, berarti Asma-asma Allah Ta’ala diproyeksikan yang menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah Ta'ala. Sedangkan wujud Asma itu sendiri menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.

Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat (Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan dari konotasi atau pengertian penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan bagi pengertian "Tidak membuat penyifatan".

"Ar- Rahman" adalah predikat yang melimpah terhadap wujud dan keparipurnaan secara universal. menurut relevansi hikmah. dan relevan dengan penerimaan di permulaan pertama.

"Ar-Rahiim" adalah yang melimpah bagi keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi pangkal akhirnya. Karena itu sering. disebutkan, "Wahai Yang Muha Rahman bagi Dunia dan akhirat, dan Maha Rahim bagi akhirat".

Artinya, adalah proyeksi kemanusiaan yang sempuma, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang merupakan manifestasi dari Dzat Ilahi. Dalam konteks, inilah Nabi Muhammad saw. Bersabda, "Aku diberi anugerah globalitas Kalam, dan aku diutus untuk menyempurnakan akhlak (menuju) paripurna akhlak".

Karena. kalimat-kalimat merupakan hakikat-hakilkat wujud dan kenyataannya. Sebagaimana Isa as, disebut sebagai Kalimah dari Allah, sedangkan keparipurnaan akhlak adalah predikat dan keistimewaannya. Predikat itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang terkristal dalam jagad kemanusiaan. Memahaminya sangat halus. Di sanalah para Nabi - alaihimus salam - meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan tirai struktur wujud. Kenyataan ini bisa djtemukan dalam periode! Isa as, periode Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa sahabat, yang secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.

Disebutkan, bahwa Wujud ini muncul dari huruf Baa’ dari Basmalah. Karena Baa’ tersebut mengiringi huruf Alif yang tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah. Disini ada indikasi terhadap akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari Ciptaan Allah, yang disebutkan melalui firman-Nya, "Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai dan lebih Kumuliakan ketimbang dirimu, dan denganmu Aku memberi. denganmu Aku mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku menyiksa". (Al-hadits).

Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf. Apabila kalimat-kalimat menjadi terpisah. maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.

Delapan belas huruf mengisyaratkan adanya alam-alam yang dikonotasikannya dengan jumlahnya. 18 ribu alam. Karena huruf Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah. Alif merupakan induk dari seluruh strata yang tidak lagi ada hitungan setelah Alif. Karena itu dimengerti sebagai induk dari segala induk alam yang disebut sebagai Alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh Langit., dan empat anasir, serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah dalam bagian-bagian tersendiri.

Sedangkan makna sembilan belas, menunjukkan penyertaan Alam Kemanusiaan. Walau pun masuk kategori alam hewani, namun alam insani itu menurut konotasi kemuliaan dan universalitasnya atas seluruh alam dalam bingkai wujud, toh ada alam lain yang memiliki ragam jenis yang prinsip. Ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat.
Tiga Alif yang tersembunyi yang merupakan pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan perunjuk pada Alam Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat dan Af 'aal. Yaitu tiga Alam ketika dipisah-pisah, dan Satu Alam ketika dinilai dari hakikatnya.

Sementara tiga huruf yang tertulis menunjukkan adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat penampilannya yang bersifat agung dan manusiawi.

Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi, ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif yang melekat pada Baa', "dari mana hilangnya Alif itu?" Maka Rasulullah saw, menjawab, "Dicuri oleh Syetan".

Diharuskannya memanjangkan huruf Baa'nya Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan penyembunyian Ketuhanannya predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang tersebar. Sedangkan penampakannya dalam potret manusia, tak akan bisa dikenal kecuali oleh ahlinya. Karenanya, dalam hadist disebutkan, "Manusia diciptakan menurut gambaran Nya".

Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat, dan Sifat tersembunyikan oleh Af'aal. Af'aal tersembunyikan oleh jagad-jagad dan makhluk.

Oleh sebab itu, siapa pun yang meraih Tajallinya Af'aal Allah dengan sirnanya tirai jagad raya, maka ia akan tawakkal. Sedangkan siapa yang meraih Tajallinya Sifat dengan sirnanya tirai Af'aal, ia akan Ridha dan Pasrah. Dan siapa yang meraih Tajallinya Dzat dengan terbukanya tirai Sifat, ia akan fana dalam kesatuan. Maka ia pun akan meraih Penyatuan Mutlak. Ia berbuat, tapi tidak berbuat. Ia membaca tapi tidak membaca "Bismillahirrahmaanirrahiim".

Tauhidnya af'aal mendahului tauhidnya Sifat, dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat. Dalam trilogi inilah Nabi saw, bermunajat dalam sujudnya, "Tuhan, Aku berlindung dengan ampunanmu dari siksa-Mu, Aku berlindung dengan Ridha-Mu dari amarah dendam-Mu, Aku berlindung dengan-Mu dari diri-Mu".


Sabtu, 03 Januari 2015

Tafsir Tauhid: Tafsir Surah Al-Fatihah Ayat 1 (Bagian 3)


Ditafsirkan oleh:
Asy-Syaikh Al-Hafizh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan

Firman Allah
 بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmaanirrahiim
“Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

TAFSIR TAUHID
(PENAFSIRAN DARI SUDUT ILMU TAUHID)

Bismillâhirrahmânirrahîm. “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang”.

Bismillah mengandung arti bahwa Allah mengajarkan kepada manusia agar memulai segala sesuatu dengan mengenal-Nya, menyebut nama-Nya, mengingat-Nya, mengaguminya, memuji-Nya, mentauhidkan-Nya, mengakui kebesaran keagungan-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan bersandar pada-Nya. Kunci dari segala macam kesuksesan dan kebahagiaan adalah mengenali siapa yang menciptakan kesuksesan dan kebahagiaan tersebut.

Bismillah mengandung arti bahwa manusia harus tawadhu’ (merendahkan dirinya) dalam kekuasaan Allah. Mengakui bahwa dirinya adalah dhoif, lemah, tak memiliki kuasa apa-apa, dan mengakui bahwa yang punya kuasa, kekuatan, kemuliaan, rezeki, kekayaan, kesembuhan hanya Allah Subhânahû Wa Ta’âla.
Bismillah mengandung arti bahwa titik permulaan dalam penciptaan atau asal usul kehidupan adalah Allah. Allah yang Maha Ada, sebelum alam semesta ini ada.

Bismillah mengandung arti bahwa Allah itu adalah Maha Cinta. Tidak ada cinta kecuali milik-Nya. Cinta yang ada pada hati manusia adalah pancaran cahaya cinta Allah. Andai Allah menghentikan pancaran cinta-Nya kepada kita, niscaya alam semesta ini akan hancur binasa, laut akan mongering, langit akan runtuh, gunung-gunung akan memuntahkan laharnya, manusia-manusia akan mati, tumbuh-tumbuhan akan layu dan mengering dan binatang akan rusak binasa. Ketahuilah dan sadarlah bahwa semua ini menjadi teratur karena cinta Allah kepada kita.

Bismillah mengandung arti bahwa Allah Maha Pengasih, kasih Allah tak pilah-pilih. Semua ciptaan-Nya diberinya rezeki. Kasih Allah luas tanpa batas. Kasih Allah abadi tak bertepi. Kasih Allah bebas tak dibatasi ruang dan waktu. Melalui kasih-Nya janin dijaga oleh-Nya melalui rahim ibu-Nya, bahkan selama 9 bulan 10 hari, janin tersebut dipenuhi kebutuhan makanan-minumnya di dalam rahim ibunya. Melalui kasih-Nya bayi dilahirkan dengan selamat. Melalui kasih-Nya bayi-bayi dicukupi ASI-nya, dilindungi dan diajarkan merangkak dan berjalan. Melalui kasih-Nya anak-anak kecil diberikan kebahagiaan melalui “dunia fantasi anak-anak” yang indah, terkesan dan menyenangkan. Bukankah era yang paling indah dalam hidup kita adalah pada saat kita jadi kanak-kanak, semua yang disekitar kita menyayangi kita, semua yang kita inginkan dipenuhi oleh ayah-ibu kita. Melalui cahaya kasih-Nya, Allah pancarkan dalam hati laki-laki dan perempuan, sehingga timbul cinta antara mereka, lalu Allah pilihkan jodohnya dan dinikahkan dengan syariat-Nya. Melalui kasihnya, Allah anugerahkan kepada suami isteri rezeki dan anak keturunan. Subhanallah, jika kita mau mengungkap bagaimana besarnya kasih Allah kepada makhluk-Nya, maka tak kuasa kita menggambarkannya. 

Jumat, 02 Januari 2015

Tafsir Tauhid: Tafsir Surah Al-Fatihah Ayat 1 (Bagian 2)



Ditafsirkan Oleh:
Asy-Syaikh Al-Hafizh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan

Firman Allah
 بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrahmaanirrahiim
“Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

TAFSIR MA'RIFATULLAH
(PENAFSIRAN DARI SUDUT ILMU MA'RIFATULLAH)

Imam Ja'far Ash-Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir Rodhiyallahu 'Anhumaa berkata, "Setiap kandungan dalam seluruh kitab-kitab Allah diturunkan, semuanya ada di dalam Al-Qur'an. Dan seluruh kandungan Al-Qur'an ada di dalam Al-Fatihah. Dan semua yang ada dalam Al-Fatihah ada di dalam Bismillnahirrahmaanirrahiim".

Bahkan disebutkan dalam riwayat lain yang sanadnya bersambung kepada Imam 'Ali bin Abi Thaalib Karramallahu Wajhah, "Setiap kandungan yang ada dalam Bismillahirrahmaanirrahiim ada di dalam huruf Baa', dan setiap yang terkandung di dalam Baa’ ada di dalam titik yang berada dibawah Baa'".

Sayyid Ja'far Shodiq Azmatkhan (Sunan Kudus) menegaskan, "Dalam perspektif orang yang ma'rifat kepada Allah, Bismillaahirrahmaanirrahim itu kedudukannya sama dengan "kun" dari Allah”.

Perlu diketahui bahwa pembahasan mengenai Bismillahirrahmaanirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahwu dan sharaf) ataupun segi bahasa (etimologis), di samping tinjauan dari materi huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surah Pembuka Al-Qur'an, kristalisasi dan spesifikasi huruf-huruf yang ada dalam huruf Baa', manfaat dan rahasianya.

Tujuan kami bukan mengupas semua itu, tetapi lebih pada esensi atau hakikat makna terdalam yang relevan dengan segala hal di sisi Allah Subhaanahu Wa Ta'aala, Pembahasannya akan saling memperkuat antara satu dengan yang lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Ma’rifat kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aala.

Sayyid Ja'far Shodiq Azmatkhan (Sunan Kudus) mengatakan, "Kami memang berada di gerbang-Nya, dan setiap ada limpahan baru di dalam jiwa maka ar-Ruhul Amin turun di dalam kalbunya kertas. Ketahuilah bahwa Titik yang berada di bawah huruf Baa' adalah awal mula setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala. Sebab huruf itu sendiri tersusun dari titik, dan sudah semestinya setiap Surah ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itu menjadi keniscayaan bahwa titik itu sendiri adalah awal dan pada setiap surah dan Kitab Allah Ta’ala".

Kerangka hubungan antara huruf Baa' dengan Tititknya secara komprehensif akan dijelaskan berikut nanti.

Bahwa Baa' dalam setiap surah itu sendiri sebagai keharusan adanya dalam Basmalah bagi setiap surah, bahkan di dalam surah Al-Baqarah. Huruf Baa' itu sendiri mengawali ayat dalam surah tersebut. Karena itu dalam konteks inilah setiap surah dalam Al-Qur'an mesti di awali dengan Baa' sebagaimana dalam hadits di atas, bahwa seluruh kandungan Al-Qur'an itu ada dalam surah Al-Fatihah, tersimpul lagi di dalam Basmalah, dan tersimpul lagi dalam Huruf Baa', akhirnya pada titik.

Hal yang sama , Allah Subhaanahu Wa Ta'aala dengan seluruh yang ada secara paripurna sama sekali tidak terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Titik sendiri merupakan syarat-syarat dzat Allah Ta'ala yang tersembunyi dibalik khasanahnya ketika dalam penampakkan-Nya terhadap mahluk-Nya. Amboi, titik itu tidak tampak dan tidak layak lagi bagi anda untuk dibaca selamanya mengingat kediaman dan kesuciannya dari segala batasan, dari satu makhraj ke makhraj lainya. Sebab ia adalah jiwa dari seluruh huruf yang keluar dari seluruh tempat keluarnya huruf. Maka, camkanlah, dengan adanya batin dari Ghaibnya sifat Ahadiyah.

Misalnya anda membaca titik menurut persekutuan, seperti huruf Ta' dengan dua tik, lalu Anda menambah satu titik lagi menjadi huruf Tsa, maka yang Anda baca tidak lain kecuali Titik itu sendiri. Sebab Taa' bertitik dua, dan Tsa' bertitik tiga tidak terbaca,karena bentuknya satu, yang tidak terbaca kecuali titiknya belaka. Seandainya Anda membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda dengan lainnya. Karena itu dengan titik itulah masing-masing dibedakan, sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja. Hal yang sama dalam perspektif makhluk, bahwa makhluk itu tidak dikenal kecuali Allah.

Bahwa Anda mengenal-Nya dari makhluk sesungguhnya Anda mengenal-Nya dari Allah Subhaanahu Wa Ta'aala. Hanya saja Titik pada sebagian huruf lebih jelas satu sama lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk menyempurnakannya, seperti dalam huruf-huruf yang bertitik, kelengkapannya pada titik tersebut. Ada sebagian yang tampak pada kenyataannya seperti huruf Alif dan huruf-huruf tanpa Titik. Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif lebih mulia dibanding Ba',karena Titiknya justru menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa' itu sendiri tidak tampak (Titik berdiri sendiri). Titik di dalam huruf Ba' tidak akan tampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena Titik suatu huruf Merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut. Sementara penyatuan itu sendiri mengindikasikan adanya faktor lain, yaitu faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.

Huruf Alif itu sendiri posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Anda bisa mengatakan bahwa Ba' itu adalah Alif yang di datarkan Sedang Jiim, misalnya, adalah Alif dibengkokkan' dua ujungnya. Daal adalah Alif yang yang ditekuk tengahnya.

Sedangkan Alif dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat Masing-masing huruf tersusun dari Titik. Sementara Titik bagi setiap huruf ibarat Neucleus yang terhamparan. Huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur. Kedudukan Alif dengan kerangkanya seperti kedudukan Titik. Lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif sebagimana kita sebutkan, bahwa Ba’ adalah Alif yang terdatarkan.

Demikian pula Hakikat Muhammadiyyah (Esensi Nabi Muhammad) merupakan inti dimana seluruh jagad raya ini diciptakan dari Hakikat Muhammadiyah itu. Sebagaimana hadits riwayat Jabir, yang intinya Allah Subhaanahu Wa Ta'aala. menciptakan Ruh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari Ruh Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sedangkan Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. adalah Sifat Dzahirnya Allah dalam makhluk melalui Nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.

Anda masih ingat ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. diisra'kan dengan jasadnya ke Arasy yang merupakan Singgasana Ar-Rahman. Sedangkan huruf Alif, walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik sepadan dengannya, dan Alif merupakan manifestasi Titik yang tampak di dalamnya dengan substansinya Alif memiliki nilai tambah dibanding yang lain. Sebab yang tertera setelah Titik tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena dua Titik manakala disusun dua bentuk alif, maka Alif menjadi sesuatu yang memanjang. Karena dimensi itu terdiri dari tiga: Panjang, Lebar dan Kedalaman.

Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif,seperti huruf Jiim. Pada kepala huruf Jiim ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Pada huruf Kaaf misalnya, ujungnya memanjang, tengahnya juga memanjang namun pada pangkalnya yang pertama lebar. Masing-masing ada tiga dimensi. Setiap huruf selain Alif memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang. Sementara Alif sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik , tidak punya bentangan. Hubungan Alif diantara huruf-huruf yang Tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dengan para Nabi dan para pewarisnya yang paripurna. Karenanya Alif mendahului semua huruf.

Diantara huruf-huruf itu ada yang punya Titik di atasnya, ada pula yang punya Titik dibawahnya,Yang pertama (titik di atas) menempati posisi "Aku tidak melihat sesuatu sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana".

Diantara huruf itu ada yang mempunyai Titik di tengah, seperti Titik putih dalam lobang Huruf Mim dan Wawu serta sejenisnya, maka posisinya pada tahap, "Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya." Karenanya titik itu berlobang, sebab dalam lobang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri Lingkaran kepada kepala Miim menempati tahap, "Aku tidak melihat sesuatu" sementara Titik putih menemptai "Kecuali aku melihat Allah di dalamnya."

Alif menempati posisi "Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Allah." Kalimat "sesungguhnya" menempati posisi arti "Tidak", dengan uraian "Sesungguhnya orang-orang berbaiat" kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah."

Dimaklumi bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu dia bersyahadat kepada bersyahadat kepada Allah pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah. Artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw. tetapi hakikat-nya berbaiat kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aala. Itulah arti sebenarnya dari Khilafah tersebut.

Kamis, 01 Januari 2015

Tafsir Tauhid: Tafsir Surah Al-Fatihah Ayat 1 (Bagian 1)


Ditafsirkan Oleh:
Asy-Syaikh Al-Hafizh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan

Firman Allah
 بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillahirrahmaanirrahiim
“Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

TAFSIR NAHWIYYAH
(PENAFSIRAN DARI SUDUT ILMU NAHWU)

ِبِسْمِ الله adalah jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang tersembunyi setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang dikerjakan.

ِبِسْمِ الله adalah predikat yang didahulukan (khabar muqaddam). 

Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus memiliki kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena keduanya adalah ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.

Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di belakang.

Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma Allah Azza wa Jalla.

Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang berfungsi membatasi makna. Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan dengan menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya dan untuk meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.

Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu) itu pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui masalah ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang dimaksud. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah “[1] Atau : “Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah” [2]

Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.

MAKNA LAFADZ JALALAH (ALLAH)

Merupakan nama bagi Allah Rabbul 'Alamin, selain Allah tidak boleh diberi nama dengan-Nya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah selainnya adalah tabi’ (cabang darinya). Menurut Asy-Syaikh Maulana Jalaluddin Rumi mengatakan bahwa Arti Lafadz "ALLAH" artinya Maha Cinta.

MAKNA LAFADZ AR-RAHMAN

Yakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas dan umum. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.

MAKNA LAFADZ AR-RAHIIM

Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih sayang tersebut. Di sini ada dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat Allah, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih sayang yang merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang disayangi-Nya, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahiim’. Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua Asma’ Allah yang menunjukkan Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya, yaitu hikmah yang merupakan konsekuensi dari sifat ini.

Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diri-Nya bersifat hakiki berdasarkan dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-Rahmah (kasih sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal sehat, seluruh nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita merupakan salah satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.

Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini. Mereka mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau kehendak memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal mereka mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata : “Alasannya, sifat kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan, kelemahan, ketundukan dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi Allah”.

BANTAHAN TERHADAP MEREKA DARI DUA SISI

Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang tanpa disertai hal itu semua.

Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki makhluk. Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq Subhanahu wa Ta’ala adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negatif dan cela sama sekali.

Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah lebih berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita saksikan kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan, berakhirnya masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ironis-nya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal, justru menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan argumentasi akal yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam menetapkan sifat kasih sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan yang diberikan kepada sebagian makhluk yang membedakannya dengan yang lain menurut akal menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu benar. Akan tetapi hal tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda adanya kasih sayang Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat diketahui oleh semua orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda bertanya kepada seorang awam tentang hujan yang turun tadi malam : “Berkat siapakah turunnya hujan tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat karunia Allah dan rahmatNya”


________
Foot Note:
[1]. Hadits riwayat Al-Bukhari, dalam kitab Al-Idain, bab : Ucapan Imam dan makmum ketika khutbah ‘ied, no. (985). Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam kitab Al-Adhahi, bab : Waktu Udhiyah no. (1), (1960)
[2]. Hadits riwayat Al-Bukhari dalam kitab Adz-Dzabaih wa Ash-Shaid, bab : Sabda Nabi, “Sembelihlah dengan menyebut asma Allah”. no. (5500). Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam kitab Al-Adhahi, bab : waktu Udhhiyah, no. (2). (1960)