Ditafsirkan oleh:
Asy-Syaikh Al-Hafizh As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan
Firman Allah بِسْمِ الله الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrahmaanirrahiim“Artinya : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
TAFSIR THEOSOFI
(PENAFSIRAN DARI SUDUT ILMU THEOSOFI)
Menurut Ibnu Araby dalam Kitab Tafsir
Tasawufnya, "Tafsirul Qur'anil Karim" menegaskan, bahwa dengan
(menyebut) Asma Allah, berarti Asma-asma Allah Ta’ala diproyeksikan yang
menunjukkan keistimewaan-nya, yang berada di atas Sifat-sifat dan Dzat Allah
Ta'ala. Sedangkan wujud Asma itu sendiri menunjukkan arah-Nya, sementara kenyataan
Asma itu menunjukkan Ketunggalan-Nya.
Allah itu sendiri merupakan Nama bagi Dzat
(Ismu Dzat) Ketuhanan. dari segi Kemutlakan Nama itu sendiri. Bukan dari
konotasi atau pengertian penyifatan bagi Sifat-sifat-Nya, begitu pula bukan
bagi pengertian "Tidak membuat penyifatan".
"Ar- Rahman" adalah predikat
yang melimpah terhadap wujud dan keparipurnaan secara universal. menurut
relevansi hikmah. dan relevan dengan penerimaan di permulaan pertama.
"Ar-Rahiim" adalah yang melimpah
bagi keparipurnaan maknawi yang ditentukan bagi manusia jika dilihat dari segi
pangkal akhirnya. Karena itu sering. disebutkan, "Wahai Yang Muha Rahman
bagi Dunia dan akhirat, dan Maha Rahim bagi akhirat".
Artinya, adalah proyeksi kemanusiaan yang
sempuma, dan rahmat menyeluruh, baik secara umum maupun khusus, yang merupakan
manifestasi dari Dzat Ilahi. Dalam konteks, inilah Nabi Muhammad saw. Bersabda,
"Aku diberi anugerah globalitas Kalam, dan aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak (menuju) paripurna akhlak".
Karena. kalimat-kalimat merupakan
hakikat-hakilkat wujud dan kenyataannya. Sebagaimana Isa as, disebut sebagai
Kalimah dari Allah, sedangkan keparipurnaan akhlak adalah predikat dan
keistimewaannya. Predikat itulah yang menjadi sumber perbuatan-perbuatan yang
terkristal dalam jagad kemanusiaan. Memahaminya sangat halus. Di sanalah para
Nabi - alaihimus salam - meletakkan huruf-huruf hijaiyah dengan menggunakan
tirai struktur wujud. Kenyataan ini bisa djtemukan dalam periode! Isa as,
periode Amirul Mukminin Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah, dan sebagian masa
sahabat, yang secara keseluruhan menunjukkan kenyataan tersebut.
Disebutkan, bahwa Wujud ini muncul dari
huruf Baa’ dari Basmalah. Karena Baa’ tersebut mengiringi huruf Alif yang
tersembunyi, yang sesungguhnya adalah Dzat Allah. Disini ada indikasi terhadap
akal pertama, yang merupakan makhluk awal dari Ciptaan Allah, yang disebutkan
melalui firman-Nya, "Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Kucintai dan
lebih Kumuliakan ketimbang dirimu, dan denganmu Aku memberi. denganmu Aku
mengambil, denganmu Aku memberi pahala dan denganmu Aku menyiksa".
(Al-hadits).
Huruf-huruf yang terucapkan dalam Basmalah
ada 18 huruf. Sedangkan yang tertera dalam tulisan berjumlah 19 huruf. Apabila
kalimat-kalimat menjadi terpisah. maka jumlah huruf yang terpisah menjadi 22.
Delapan belas huruf mengisyaratkan adanya
alam-alam yang dikonotasikannya dengan jumlahnya. 18 ribu alam. Karena huruf
Alif merupakan hitungan sempurna yang memuat seluruh struktur jumlah. Alif
merupakan induk dari seluruh strata yang tidak lagi ada hitungan setelah Alif.
Karena itu dimengerti sebagai induk dari segala induk alam yang disebut sebagai
Alam Jabarut, Alam Malakut, Arasy, Kursi, Tujuh Langit., dan empat anasir,
serta tiga kelahiran yang masing masing terpisah dalam bagian-bagian
tersendiri.
Sedangkan makna sembilan belas,
menunjukkan penyertaan Alam Kemanusiaan. Walau pun masuk kategori alam hewani,
namun alam insani itu menurut konotasi kemuliaan dan universalitasnya atas
seluruh alam dalam bingkai wujud, toh ada alam lain yang memiliki ragam jenis
yang prinsip. Ia mempunyai bukti seperti posisi Jibril diantara para Malaikat.
Tiga Alif yang tersembunyi yang merupakan
pelengkap terhadap dua puluh dua huruf ketika dipisah-pisah, merupakan perunjuk
pada Alam Ilahi Yang Haq, menurut pengertian Dzat. Sifat dan Af 'aal. Yaitu
tiga Alam ketika dipisah-pisah, dan Satu Alam ketika dinilai dari hakikatnya.
Sementara tiga huruf yang tertulis menunjukkan
adanya manifestasi alam-alam tersebut pada tempat penampilannya yang bersifat
agung dan manusiawi.
Dan dalam rangka menutupi Alam Ilahi,
ketika Rasulullah saw, ditanya soal Alif yang melekat pada Baa', "dari
mana hilangnya Alif itu?" Maka Rasulullah saw, menjawab, "Dicuri oleh
Syetan".
Diharuskannya memanjangkan huruf Baa'nya
Bismillah pada penulisan, sebagai ganti dari Alifnya, menunjukkan penyembunyian
Ketuhanannya predikat Ketuhanan dalam gambaran Rahmat yang tersebar. Sedangkan
penampakannya dalam potret manusia, tak akan bisa dikenal kecuali oleh ahlinya.
Karenanya, dalam hadist disebutkan, "Manusia diciptakan menurut gambaran
Nya".
Dzat sendiri tersembunyikan oleh Sifat,
dan Sifat tersembunyikan oleh Af'aal. Af'aal tersembunyikan oleh jagad-jagad
dan makhluk.
Oleh sebab itu, siapa pun yang meraih
Tajallinya Af'aal Allah dengan sirnanya tirai jagad raya, maka ia akan
tawakkal. Sedangkan siapa yang meraih Tajallinya Sifat dengan sirnanya tirai
Af'aal, ia akan Ridha dan Pasrah. Dan siapa yang meraih Tajallinya Dzat dengan
terbukanya tirai Sifat, ia akan fana dalam kesatuan. Maka ia pun akan meraih
Penyatuan Mutlak. Ia berbuat, tapi tidak berbuat. Ia membaca tapi tidak membaca
"Bismillahirrahmaanirrahiim".
Tauhidnya af'aal mendahului tauhidnya
Sifat, dan ia berada di atas Tauhidnya Dzat. Dalam trilogi inilah Nabi saw,
bermunajat dalam sujudnya, "Tuhan, Aku berlindung dengan ampunanmu dari
siksa-Mu, Aku berlindung dengan Ridha-Mu dari amarah dendam-Mu, Aku berlindung
dengan-Mu dari diri-Mu".